Hal ini terkait dengan sebuah ungkapan seorang dosen di kelasku.
Kami memanggilnya Bang Abrar, Doktor komunikasi lulusan Kanada. Beliau
mengatakan, “bila anda nanti mengerjakan tesis, pastikan tesis itu dapat
membangun keterampilan atau keahlian yang bermanfaat bagi diri anda setelah
lulus nanti.” Seketika itu juga, judul tesis yang tadinya sudah dipersiapkan,
tiba-tiba seolah jatuh terbanting ke lantai lalu hancur berantakan. Karena ternyata, hampir semua mahasiswa di
kelasku memiliki judul tesis yang tidak dapat membangun keterampilan yang
bermanfaat banyak lebih-lebih keterampilan itu memiliki nilai jual.
Ketika aku masuk kuliah di S2 komunikasi UGM, dengan konsentrasi Kebijakan Komunikasi, sebetulnya harapanku adalah dapat menjadi seorang pakar komunikasi politik dan strategi komunikasi publik, karena memang di Lampung, tempat di mana aku tinggal menurutku belum ada orang yang benar-benar menguasai itu baik secara teori maupun prakteknya. Tapi kenyataannya, konsentrasi yang aku ambil di komunikasi UGM tidak dapat mengcover itu semua.
Ketika aku masuk kuliah di S2 komunikasi UGM, dengan konsentrasi Kebijakan Komunikasi, sebetulnya harapanku adalah dapat menjadi seorang pakar komunikasi politik dan strategi komunikasi publik, karena memang di Lampung, tempat di mana aku tinggal menurutku belum ada orang yang benar-benar menguasai itu baik secara teori maupun prakteknya. Tapi kenyataannya, konsentrasi yang aku ambil di komunikasi UGM tidak dapat mengcover itu semua.
Di komunikasi UGM sebetulnya ada tiga konsentrasi yang
ditawarkan kepada mahasiswa S2, pertama Menejemen Komunikasi (MK), lebih
cenderung diarahkan menjadi seorang Public
Relations. Kedua, Ilmu Komunikasi dan Media (IKM), lebih diarahkan untuk
menjadi seorang dosen, dan ketiga Kebijakan Komunikasi (KK), yang diarahkan
untuk menjadi seorang konsultan kebijakan yang terkait dengan komunikasi.
Di kelas KK inilah aku menimba ilmu pengetahuan tentang kebijakan-kebijakan
komunikasi. Ketika awal aku memilih konsentrasi ini, mata kuliah yang
ditawarkan sangat erat kaitannya dengan komunikasi politik. Namun ternyata
semua itu kurang tepat. Karena mahasiswa KK, bukan diarahkan untuk menjadi
seorang pakar komunikasi politik, karena itu ada di konsentrasi IKM. Akhirnya,
ketika aku yang sebentar lagi akan melakukan penelitian tesis, pilihan untuk menentukan
judul tesis harus diubah arahnya, karena harus berkaitan dengan Kebijakan
Komunikasi. Oleh karenanya, akupun lantas harus mencari judul yang tepat dan
dapat membangun keterampilan atau keahlian yang bermanfaat dan “menjual”
nantinya.
Pasca bang Abrar mengungkapkan hal itu, kami diberi waktu berfikir selama seminggu untuk menentukan objek penelitian yang dapat
membangun keterampilan atau keahlian yang bermanfaat dan menjual tadi. Waktu
terus berjalan, aku mulai bergeriliya di internet maupun buku-buku yang kupunya
untuk mencari inspirasi terkait keterampilan yang nantinya aku miliki. Akhirnya
dalam sebuah renungan malam, aku menemukan keahlian apa itu. Aku memutuskan
untuk membangun keterampilan dibidang pembuatan undang-undang yang berkaitan
dengan komunikasi. Tentang keahlian lainnya, seperti komunikasi politik maupun
strategi komunikasi publik, aku rasa nanti aku akan bisa belajar secara otodidak, learning by doing.
Aku mulai menentukan objek penelitianku. Sampai aku menulis
catatan ini, sebetulnya aku belum benar-benar yakin akan meneliti undang-undang
atau aturan apa. Namun, sepertinya aku tertarik untuk meneliti tentang
undang-undang Keterbukaan Informasi Publik, bukan pada tataran isinya, tapi
mungkin akan lebih pada implementasinya, karena menurut pengamatanku masih
belum berjalan dengan ideal. Aku ingin coba meneliti hal ini di tempat asalku,
Lampung. Mungkin Bandar Lampung menjadi kota yang cocok untuk diteliti. Namun
bisa juga provinsi Lampung yang menjadi objek, karena aku punya pengalaman
terkait keterbukaan informasi publik di level provinsi.
Dulu aku pernah terlibat dalam pengawalan CPNSD Lampung
2010. Disaat itulah banyak sekali informasi publik yang disembunyikan dari
lembaga-lembaga pemerintahan di Lampung.
Tidak transparan dan akuntabel menjadi pemandangan “wajar” disetiap ada
penyelenggaraan CPNSD di Lampung, atau mungkin juga di seluruh Indonesia?
Alasan lainnya adalah, dalam hatiku, aku ingin memiliki kontribusi untuk tanah
kelahiranku. Aku punya harapan besar terhadap Lampung, dan berharap suatu saat
provinsi ini dapat benar-benar bersaing di kancah nasional maupun global disegala
bidang. Aku yakin, Lampung insyaallah bisa!!!
Begitulah kira-kira kondisi yang aku hadapi saat ini terkait
tesis. Pernyataan bang Abrar telah membuatku tersentak. Karena awalnya aku
ingin menyelesaikan tesis dengan usaha “sekedarnya saja”. Hal ini terkait
dengan waktu dan juga dana. Waktu, karena aku ingin lulus S2 ini dalam waktu
cepat, 1,5 tahun. Dana, karena dalam penelitian tesis tentunya membutuhkan dana
yang lumayan. Apalagi bila penelitiannya memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi, pastinya akan memakan waktu lama yang berakibat pada bertambahnya biaya
yang akan aku keluarkan di Yogyakarta.
Ah pilihan yang dilematis, namun akan tetap kuupayakan semaksimal
mungkin agar dapat lulus 1,5 tahun dengan IPK cumlaude. Untuk semester pertama kemarin, aku memperoleh IP cumlaude. Masih di atas standar minimal cumlaude di S2 UGM yang dipatok 3.75. Tentunya juga, aku berusaha maksimal agar mendapatkan keahlian sebagai seorang ahli dibidang pembuatan peraturan tentang
komunikasi, dan juga menguasai bidang komunikasi politik maupun pembuat
strategi komunikasi publik yang handal. Aku yakin selama ada kemauan,
insyaallah pasti ada jalan, manjadda
wajada, manshabara zhafira.
Lebih cepat lebih baik, inilah yang menjadi kata-kata
penyemangatku beberapa hari terakhir. Aku yakin tidak ada yang mudah dalam
berjuang, tapi aku sangat percaya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Apalagi
di tempat nan jauh di sana, banyak yang menantikan aku segera lulus, khususnya
mereka yang berada di rumah. Senyum dan doa tulus mereka adalah sumber energi bagiku
yang tiada batas, dan juga termasuk bidadari tercantik kedua di dunia ini yang
mungkin tengah bersabar menanti kehadiranku saat ini… #eh, ehm ehm..kalem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar